Ambon - Hujan deras yang mengguyur Kota Ambon dan sekitarnya pada Sabtu (26/5) hingga Minggu (27/5) menewaskan sedikitnya delapan orang, dan empat lainnya menderita luka-luka.
Korban tewas dan luka-luka ini akibat longsoran tanah di sejumlah tempat, yakni di RT 004/03 kawasan Batugantong Dalam, Kelurahan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe. Kemudian di RT 001/RW 02, Kelurahan Karang Panjang, Kecamatan Sirimau, serta di RT 004/RW 02 Desa Halong, Kecamatan Baguala.
Korban tewas di kawasan Batugantong yaitu Batty Karual/Huwae (56), Evi Karual (38), Norce Nirahua (51), Putri Nirahua (7), Rido Karual (35) dan Silvi Moa (22). Sementara korban luka-luka, Ais Tuarissa (25), Yondri Karual (4) dan Adhy Karual (27),
Selain korban jiwa dan luka-luka, sebanyak tiga rumah mengalami rusak parah di kawasan ini, yakni rumah milik keluarga Ely Nirahua, Keluarga Bob Karual serta Keluarga Umkeketony.
Kepada Siwalima, Wem Rosfader salah satu saksi mata peristiwa tragis ini mengungkapkan, peristiwa longsor ini terjadi pada Minggu dini hari sekitar pukul 01.30 WIT.
“Waktu terdengar bunyi gemuruh seperti guntur dan hujan sangat deras, kemudian saat saya bersama istri lihat ternyata tempat yang dulu dijadikan lokasi pembuangan sampah itu longsor dan telah menimpa tiga rumah di bawahnya,” kata Rosfader.
Wem kemudian berupaya mendekati lokasi longsor, dan ia mendengar suara teriak orang minta tolong. Ia langsung berlari meminta pertolongan kepada warga di kawasan Batugantong Ganemo.
Tak lama kemudian warga Batugantong Ganemo berbondong-bondong ke lokasi longsor. Sampai-sampai, beberapa warga turut tersengat listrik, namun mereka terus berusaha mencari para korban, sementara warga lainnya membunyikan tiang listrik untuk membangunkan warga di sekitar lokasi.
“Mendengar bunyi tiang listrik warga di dekat TKP terbangun dan langsung bahu membahu mencari para korban, dan ada pula yang menghubungi pihak TNI dan Polri untuk meminta bantuan,” ungkap Wem.
Pantauan Siwalima di TKP, setelah beberapa saat melakukan pencarian dengan peralatan seadanya, dua korban berhasil ditemukan, yakni Odry Karual dan Yondri Karual.
Ibu dan anak ini dikeluarkan dari timbunan longsor dan reruntuhan bangunan rumah dalam kondisi selamat. Keduanya hanya menderita luka lecet.
Sekitar pukul 06.00 WIT Dandim 1504 Letkol Inf J Lorotumbuan bersama personil TNI dan Polri, tim SAR dan Tagana, para relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI) dan Sat Pol PP Kota Ambon dan Pemprov Maluku tiba di lokasi, dan langsung bersama warga mencari para korban lainnya.
Tak lama kemudian Norce Nirahua (51) berhasil ditemukan tidak jauh dari rumahnya, namun dalam kondisi tak bernyawa akibat tertimbun material sampah dan pohon tumbang.
Beberapa saat kemudian warga bersama tim SAR dan TNI berhasil menemukan dua korban lainnya, yakni, Evi Karual (38) bersama Ibunya Betty Karual/Huwae (56).
Setelah mengevakuasi dua korban meninggal tersebut warga bersama tim SAR juga kembali menemukan satu korban lagi yang juga dalam kondisi tak bernyawa, yakni Putri Nirahua (7).
“Putri ini ditemukan tidak jauh dari Ibu Norce (neneknya-red), namun korban terhimpit dengan akar pohon bambu ini yang kemungkinan membuatnya meninggal dunia,” ungkap salah satu anggota SAR kepada Siwalima.
Sekitar pukul 10.30 WIT Gubernur Maluku, Karel A Ralahalu bersama Wakil Menteri (Wamen) Perindustrian, Alex Retraubun tiba dan melihat langsung proses pencarian dua korban sisa lainnya yang belum ditemukan. Kurang lebih dua jam berada di lokasi, Gubernur bersama Wamen Perindustrian kemudian meninggalkan lokasi kejadian.
Pencarian tim SAR dan TNI/Polri dan PMI serta dibantu warga dan petugas Pemadam kebakaran Pemkot Ambon akhirnya membuahkan hasil. Pukul 17.30 WIT, korban Silvi Moa (22) berhasil ditemukan dalam kondisi juga tak bernyawa.
Jenazah korban kemudian dievakuasi ke RSUD dr M Haulussy untuk selanjutnya dikremasi bersama dengan empat jenazah lainnya yang lebih dulu ditemukan.
Sementara satu korban lainnya yakni, Rido Karual (35) hingga pukul 19.30 WIT belum juga ditemukan. Tim SAR bersama TNI dan masyarakat masih berusaha mencari korban.
Ketua RW 03 Kelurahan Kudamati, Buce Kastanya, kepada Siwalima, menjelaskan, Tim SAR dan aparat TNI sementara berusaha untuk menemukan satu korban lainnya.
Kastanya mengaku, banyaknya material longsor berupa sampah dan tanah turut mempersulit pencarian para korban.
Sementara rencana pemakaman korban meninggal akan dilakukan hari ini. “Peti jenazah sudah disiapkan oleh Dinas Sosial Kota Ambon dan rencana itu besok ini (hari ini-red) dilakukan pemakaman yang mana seluruh prosesi ibadah dilakukan semuanya di Gedung Gereja Betlehem,” jelas Kastanya.
Sementara Minggu dini hari sekitar pukul 02.30 WIT juga terjadi longsor di RT 001/RW 02, Kelurahan Karang Panjang, Kecamatan Sirimau.
Longsoran tanah disertai dengan rumpun bambu itu menghantam rumah milik keluarga Ny. Cory Supusepa hingga rata dengan tanah, yang menewaskan cucunya Ricardo Loupatty (26) dan temannya, Peni (22).
Salah satu warga yang juga tetangga korban kepada Siwalima, mengungkapkan, musibah longsor tersebut terjadi saat hujan deras.
Saat mendengar bunyi longsor, ia bersama dengan suaminya kemudian menuju ke rumah korban, dan ternyata rumah korban telah roboh.
“Para tetangga bersama suami saya kemudian mencoba memanggil-mangil korban termasuk menelepon korban, tetapi tidak ada jawaban, walaupun terdengar bunyi panggilan,” ungkap warga tersebut yang meminta namanya tak dikorankan.
Warga setempat kemudian melakukan pencarian diantara puing-puing rumah korban yang tertimbun tanah.
Korban Ricardo Loupatty dan temannya Peni berhasil ditemukan sekitar pukul 03.30 WIT dalam kondisi tak lagi bernyawa.
Ny. Cory Supusepa yang sebelumnya diduga turut berada di dalam rumah tersebut, ternyata telah pulang ke kampung halamannya pada Sabtu (26/5) pagi.
Selanjutnya, oleh warga setempat dan pihak keluarga korban kemudian membawa kedua jenazah ke RSUD dr. Haulussy sekitar pukul 04.00 WIT.
Setelah itu, jenazah Loupatty disemayamkan di rumah keluarga Ateng Makalaipessy. Sedangkan jenazah temannya Peni dibawa ke rumahnya di Desa Suli.
Sekitar pukul 06.00 WIT, aparat TNI dan polisi datang dan bersama-sama membantu warga setempat untuk membersihkan lokasi tersebut.
Bencana longsor juga terjadi Minggu sekitar pukul 02.30 WIT di RT 004/RW 02 Desa Halong, Kecamatan Baguala. Akibat longsor tersebut, rumah keluarga Ipus Tomasoa yang sementara dikontrak oleh keluarga Christian Noya hancur rata dengan tanah.
Selain itu, anaknya bernama Rines Noya mengalami luka-luka pada sekujur tubuhnya karena tertindih dinding rumah. Korban yang berteriak, kemudian berhasil ditolong oleh pamannya, Stevy Noya.
Korban yang diketahui mengalami luka robek pada kelopak mata, luka robek pada lengan dan lutut, serta belakang kepala itu, kemudian dibawa ke Rumah Sakit Lantamal Ambon untuk diberikan pertolongan medis.
Akibat longsor itu juga rumah Ny. Tin Noya juga mengalami kerusakan. Bagian teras rumahnya hancur. Rumah keluarga Dang Tomasoa juga mengalami kerusakan.
Bencana longsor juga terjadi di kawasan RT 01/RW 04 Desa Batu Gajah, Kecamatan Sirimau. Longsor yang terjadi Minggu sekitar pukul 02.30 WIT ini, mengakibatkan tiga rumah warga mengalami rusak.
Rumah milik keluarga Denny Kalauw hancur ratah dengan tanah, akibat dihantam longsoran tanah. Rumah keluarga Kace Kabalessy Jems Manuputty juga mengalami kerusakan.
Menurut beberapa warga, pada saat hujan deras, para pemilik rumah telah mengantisipasinya dengan keluar dari rumah mereka.
Longsor pun terjadi di kawasan RT 01/RW 04 Batu Gajah, yang mengakibatkan rumah keluarga Lucky Lesnussa mengalami kerusakan.
Selain itu, rumah keluarga M Sunloy di RT 004/RW 06 dan keluarga Latupeirissa di RT 003/RW 06 Kelurahan Batu Meja juga mengalami kerusakan parah.
Asrama Guru Terendam
Hujan deras selama dua hari berturut-turut sejak Sabtu-Minggu mengakibatkan sungai Waetukang, Desa Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan meluap dan merusak asrama guru SD Kristen 1 dan 2 Hutumuri.
Salah seorang guru, Empy Waas kepada Siwalima mengungkapkan, luapan sungai Waetukang setiap tahun berlangsung, namun pemerintah belum membangun talud.
Pemerintah Desa Hutumuri telah mengusulkannya kepada Pemkot Ambon, sehingga diharapkan bisa secepatnya dibangun.
Selain itu, banjir juga merendam SMA 8 dan SMP 8 Hutumuri. Menurut staf pengajar SMA Negeri 8 Hutumuri, Benny Sohuwa kepada Siwalima melalui telepon selulernya, kedua sekolah ini menjadi langganan banjir setiap kali musim hujan.
“Banjir tanah merah itu masuk didalam enam kelas dengan ketinggian 30 centimeter yang berlangsung dari Sabtu malam,” ungkapnya.
Namun guru, para siswa dan orang tua telah membersihkan sekolah tersebut, karena hari ini para siswa harus mengikuti tes kenaikan kelas.
Selain bencana tanah longsor, hujan deras yang terjadi dalam beberapa hari terakhir juga mengakibatkan banjir di sejumlah tempat di Kota Ambon.
Di Desa Galala, banjir merendam puluhan rumah warga, ketinggian air bahkan mencapai setengah meter. Banjir juga mengakibatkan talud penahan air sungai dan gelombang sepanjang tiga meter yang ada di samping Jembatan Galala ambruk.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut, namun akibat kejadian itu, puluhan warga yang rumahnya terendam banjir, memilih mengungsi di rumah kerabatnya yang tidak terkena musibah.
Selain di Desa Galala, banjir juga terjadi di Desa Batu Merah dan Kawasan Kompleks Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon.
Di Kawasan IAIN banjir bahkan mengakibatkan tiga rumah warga rusak total. Selain itu talud penahan air sungai sepanjang 20 meter di kawasan tersebut juga mengalami kerusakan parah akibat disapu banjir.
40 Rumah Rusak
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Alam Kota Ambon, Broery Djokro yang dihubungi Siwalima melalui telepon selulernya, Minggu (27/5), mengatakan, akibat bencana alam yang terjadi mengakibat 10 rumah rusak berat dan 30 rumah rusak ringan.
Ia juga menambahkan, longsor juga terjadi di wilayah Kecamatan Leitimur Selatan yang mengakibatkan jalan menuju Soya, Hatalai, Kilang dan Naku putus.
Gubernur Maluku, Karel A Ralahalu mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku akan memberikan santunan kepada para korban yang meninggal dunia maupun membangun kembali rumah-rumah warga yang rusak akibat bencana tanah longsor.
“Untuk para korban kita akan tangani seluruhnya termasuk pembangunan kembali rumah mereka serta para pengungsi. Untuk bantuan tanggap darurat kita juga sudah berikan. Kita juga berikan bantuan pada aparat TNI/Polri, TIM SAR, bantuan ini kita berikan agar mereka bisa bekerja,” ujar Gubernur usai meninjau langsung lokasi longsor di Batugantong, Minggu (27/5).
Gubernur juga meminta kepada masyarakat agar memahami kondisi lingkungan masing-masing. Apalagi, BMKG telah memberikan peringatan tentang kondisi cuaca di Maluku dan Kota Ambon. “Kita harus paham tentang kondisi lingkungan kita masing-masing, karena apa, adasampah dan segala macam, ini yang membuat cepat sekali terjadinya longsor,” tukas Gubernur.
Dia berharap, agar masyarakat saling mengingatkan soal kondisi cuaca saat ini. “Bila sudah hujan deras, harus saling mengingatkan, agar dapat saling membantu untuk terhindar bencana,” ujarnya. (S-21/S-35/S-19)